Papa,mama
Terima kasih ya, atas segala yang telah Papa,mama berikan kepada saya selama ini: perlindungan, pendidikan, pengarahan, harapan dan terutama penyertaan dan doa. Saya tak akan pernah melupakan itu, teristimewa penyertaannya yang sungguh luar biasa.
Mama sendiri yang menyiapkan makanan untukku dari mulai pagi sebelum berangkat sekolah, juga makan siang dan malam dan masih direpotkan lagi membantu menyiapkan keperluan sekolah yang lain serta menanyakan ini-itu sampai detil sekali (kadang-kadang aku sebel lho…, he..he..he..). Aku masih ingat ketika TK dulu mama sering ngintip jendela kelas hanya karena ingin melihat apa yang kulakukan di kelas, juga menyuapi aku dengan bekal yang mama bawa. Dan ketika aku sudah SMA, semua itu masih mama lakukan untukku: menyiapkan makan pagi (juga siang dan malam), mengingatkan segala keperluan yang mungkin aku lupa dan membereskan barang-barangku yang berantakan di kamar. Mama selalu menanyakan apa jadwalku hari ini, pokoknya terkontrol habis deh… (gambar ikon tertawa). Ketika aku berontak, mama tetap masih sayang padaku. Ketika aku sakit, mama kawatir sekali, terlebih ketika aku dioperasi, mami sampai tak mau lepas menjagaku. Thanks, Mam, I love U full.
Papa tak kalah hebatnya. Sudah kesibukannya seabrek masih sempat-sempatnya membantu aku belajar matematika, fisika, dll. Terus terang, aku tak pernah melihat orang tua lain yang sehebat papi lho… (gambar ikon melet). Bagiku, papa itu manusia serba bisa: bisa kerja, bisa main musik, jagoan matematika, pengetahuannya luas, dan masih banyak lagi. Karena papia aku tak perlu guru les. Yang luar biasa, papa hampir tak pernah marah! Tapi kata-katanya ini nyantel banget di benakku: “Ingat, papa jarang marah, tapi jangan pernah lupakan apa yang pernah membuat papa marah padamu!” Singkat, jelas, nancap! Arahannya benar-benar bak tangan maha bijaksana: ketika aku stress karena pelajaran sekolah, ketika aku sedih, ketika papa memberikan pengertian-pengertian, semuanya sangat menyegarkan dan memberi semangat. Hebatnya, papa tak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya sendiri, aku benar-benar merasa sebagai orang merdeka yang punya pembimbing di samping papa. Ketika berbicara tentang harapannya padaku, kata-katanya tak pernah kulupakan: “Kamu bukan tanah liat yang bisa papa bentuk sesuka hati. Maka jadilah kamu seperti yang kamu bawa sendiri dalam dirimu, jangan mengikuti jalan orang lain termasuk jalan papia carilah jalanmu sendiri dengan mendengarkan masukan-masukan sebanyak-banyaknya dari siapapun juga”. Thanks, Pap, U R the Best!
Papa,mama sekarang hari baru telah menantiku dengan jalan yang baru dan kehidupan yang baru, karena itu doakan lah aku semiga aku bisa sukses dan dapat menjadi kebanggaan kalian...
dari
anakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar